Garuda Di Dadaku Grup Band Netral Perbedaan Dan Persamaan

Garuda Di Dadaku Grup Band Netral Perbedaan Dan Persamaan

Jakarta (ANTARA) - Siapa yang tidak kenal lagu "Garuda di Dadaku"? Tembang bernuansa rock ini dirilis oleh grup musik Netral pada 2009 dalam album "Netral The Story Of".

Lagu bertema nasionalis ini tidak hanya sukses di dapur rekaman, namun diterima secara luas oleh masyarakat Indonesia.

"Garuda di Dadaku" kini telah menjadi anthem olahraga yang dinyanyikan suporter Indonesia di stadion saat mendukung timnas sepak bola, bulu tangkis, atau olahraga lainnya.

Berikut lirik lagu "Garuda di Dadaku" oleh Netral:

Ayo putra bangsaHarumkan negeri iniJadikan kita banggaIndonesia

Tunjukan duniaBahwa ibu pertiwiPantas jadi juaraIndonesia

Jayalah negarakuTanah air tercintaIndonesia rayaJayalah negarakuTanah air tercintaIndonesia raya

Garuda di dadakuGaruda kebanggaankuKu yakin hari ini pasti menangKobarkan semangatmuTunjukkan keinginanmuKu yakin hari ini pasti menang

Garuda di dadakuGaruda kebanggaankuKu yakin hari ini pasti menangKobarkan semangatmuTunjukkan keinginanmuKu yakin hari ini pasti menang

Baca juga: Lirik lagu "Dari Mata Sang Garuda" - Pee Wee Gaskins

Baca juga: Lirik lagu "Jadilah Legenda" - Superman Is Dead

Baca juga: Lirik lagu Chrisye "Negeriku"

Pewarta: Maria OktavianaEditor: Alviansyah Pasaribu Copyright © ANTARA 2024

Euforia Asian Games 2018 kemarin memang masih terngiang di benak masyarakat Indonesia.

Denpasar, NusaBaliTerlebih setelah Indonesia berhasil menduduki posisi 4 besar dibawah negara China, Jepang dan juga Korea Selatan. Bagaimana tidak senang? Ini merupakan capaian diluar target dimana Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo menargetkan Indonesia meraih peringkat 10 besar.

Namun, sungguh “lancang” para atlet Indonesia, mereka berhasil membawa Indonesia pada peringkat 4 pada acara yang sangat bergengsi di Asia tersebut setelah sebelumnya Indonesia hanya menduduki peringkat 17 pada tahun 2014 dalam Asian Games yang diselenggarakan di Korea Selatan. Tentu saja, hal ini tak lepas dari Indonesia sebagai tuan rumah pada tahun ini dimana semangat para atlet tentunya lebih terpompa saat bermain di rumah sendiri.  Tak hanya dalam hal prestasi, semarak kemeriahan nya pun sudah terasa saat Opening Ceremony Asian Games (18/8) kemarin. Acara yang diadakan di Gelora Bung Karno (GBK) tempo hari menuai decak kagum tidak hanya dari dalam negeri namun juga mancanegara.Mulai dari adegan Jokowi mengendarai motor gede ketika memasuki Stadion GBK, penampilan para artis dan pertunjukan kebudayaan yang mencerminkan pada Dunia tentang bagaimana Indonesia sesungguhnya. Tidak sampai disana, para atlet pun turut bersumbangsih dalam laga yang bisa dikatakan mempersatukan masyarakat Indonesia ini.

Banyak nya medali yang diraih serta momen dipersatukannya dua tokoh politik, Jokowi dan Prabowo oleh atlet pencak silat Hanifan Yudani. Ketiganya berpelukan dalam balutan bendera Merah Putih setelah Yudani berhasil menyabet medali emas dalam partai final pencak silat. Closing Ceremony (2/9) kemarin pun tak kalah meriah. Meskipun dari skala kemewahan lebih kecil jika dibandingkan dengan Opening Ceremony, hal itu tak jadi masalah karena memang fokus daripada Closing Ceremony ialah bentuk apresiasi kepada para atlet dari setiap negara sekaligus selebrasi atas suksesnya acara Asian Games tahun 2018 ini.

Dari sederetan hal-hal menakjubkan tadi, ada satu hal menarik yang menyita perhatian saya ketika menonton Opening dan Closing Ceremony Asian Games 2018. Tentu nya ini bukan kritik ngawur ngidul seperti yang warganet katakan prihal Stuntman Jokowi maupun lip-sync para artis ketika perform di atas panggung.

Terlepas dari kritikan-kritikan tersebut, saya pribadi merasa bangga dengan apa yang telah Indonesia tunjukan kepada Dunia bahwa Indonesia adalah negara yang besar yang memiliki jutaan potensi baik sumber daya alam maupun sumber daya manusianya. Nah, hal yang menarik perhatian saya ialah lagu Garuda di Dadaku yang dikumandangkan dalam beberapa kesempatan saat Opening dan Closing Ceremony.

Saat Opening ceremony lagu tersebut dikumandangkan setelah parade kebudayaan dan ketika Closing ceremony lagu tersebut tepat di nyanyikan di akhir acara. Dalam acara apapun khususnya dalam acara olahraga, ketika lagu Garuda di Dadaku dinyanyikan saya langsung teringan akan sebuah pernyataan yang jujur saya lupa dimana saya mendengar pernyataan tersebut. Pernyataan nya seperti ini “ketika orang-orang lebih memilih menyanyikan lagu Garuda di Dadaku daripada lagu Garuda Pancasila” Sejak saat itu, kata-kata tersebut terus merasuk dalam diri saya. Benar saja, sejak mendengar pernyataan tersebut, pandangan saya ketika mendengar orang-orang menyanyikan lagu Garuda di Dadaku pun mulai bergeser. Dari yang awalnya senang menyanyikan lagu tersebut sekarang tetap senang hanya saja ada yang mengganjal di pikiran saya. Tanya saya dalam diri“benar juga ya pernyataan itu, kenapa saya tidak pernah mendengar orang-orang menyanyikan lagu Garuda Pancasila saat ada acara olahraga? Mengapa para supporter lebih sering menyanyikan lagu Garuda di Dadaku?? Padahal kan sama-sama berisi kata Garuda”Pertanyaan-pertanyaan tersebut terus menggerogoti otak saya hingga tiba saatnya Indonesia dihadapkan pada sebuah event olahraga Internasional yakni Asian Games itu sendiri. Ini mungkin merupakan momentum dimana saya bisa mencurahkan apa yang selama ini saya resahkan. Dan beruntung nya, keresahan saya benar-benar terjadi pada Asian Games 2018 ini.

Lagu Garuda di Dadaku yang dinyanyikan oleh grup band Netral ini awalnya memang dibuat untuk mengisi soundtrack film dengan judul yang sama. Bak gayung bersambut, lagu mereka pun menjadi salah satu lagu tentang nasionalisme paling fenomenal di Indonesia. Lagu Garuda di Dadaku telah mampu merangkul segenap masyarakat Indonesia untuk larut dalam sebuah rasa persatuan dan kebersamaan. Tak hanya lagu Garuda di dadaku, beberapa lagu bertema nasionalisme pun turut mengambil andil seperti Bendera (Cokelat), Kebyar-kebyar (Gombloh), Merah Putih (Tyas D) dan lain-lain. Lagu-lagu tersebut telah bermetamorfosis menjadi lagu wajib (baca: lagu nasional).

Mengapa saya menggunakan kata metamorphosis? Tentu kita mengetahui bahwa metamorphosis adalah proses perubahan dari ulat menjadi kupu-kupu pada serangga kupu-kupu. Proses ini tentunya mengubah hal yang biasa saja menjadi hal yang sangat indah terlebih sangat istimewa. Terlahir sebagai lagu biasa yang hanya ditujukan untuk merekatkan masyarakat bangsa Indonesia, kini lagu-lagu tersebut sudah bermetamorfosis menjadi lagu kebangsaan yang seolah-olah wajib dikumandangkan saat acara-acara khususnya yang bersifat olahraga di kancah Internasional. Lalu ketika lagu-lagu pop khususnya lagu Garuda di Dadaku bermetamorfosis menjadi lagu kebangsaan, lantas lagu kebangsaan seperti Garuda Pancasila berubah menjadi apa? Kalau kita lihat dari segi syair lagu, kedua nya sama-sama memiliki syair yang berisi dukungan. Seperti misal pada lagu Garuda di dadaku terdapat lirik“…Kobarkan semangatmu, tunjukan sprotivitasmu, ku yakin hari ini pasti menang…”Dan pada lagu Garuda Pancasila terdapat lirik“…Patriot Proklamasi sedia berkorban untukmu…… ayo maju, maju Ayo maju….”Dari kedua lagu yang sama-sama berjudul GARUDA tersebut, kita bisa simak bersama bahwa secara garis besar kedua lagu tersebut mengisyaratkan dukungan, harapan kepada para patriot bangsa ini. Jikalau sudah begitu, mengapa kedua nya tidak dinyanyikan saja oleh para supporter saat mendukung para pahlawan (baca: atlet) kita saat berlaga? Apakah kepopuleran lagu Garuda di Dadaku telah menggeser posisi Garuda Pancasila? Saya tidak mempermasaahkan atau menyalahkan masyarakat yang menyanyikan lagu Garuda di Dadaku. Hanya saja bukankah hal ini pantas untuk kita renungkan secara seksama? Saya pun sempat berfikir, apakah lagu yang dinyanyikan band Netral tersebut sudah dirubah statusnya menjadi lagu Nasional? Faktanya dilansir dari Sport.detik.com, lagu tersebut sempat diajukan untuk diubah statusnya menjadi lagu kebangsaan melalui pemerintah (baca: Kemenpora) namun hingga saat ini, gubrisan tersebut tiada hasilnya.

“Biarin sajalah” ungkap Netral selaku band yang membawakan lagu tersebut. Hal yang dapat saya simpulkan adalah bahwa sebelumnya pernah ada usaha untuk  meng-nasional kan lagu Garuda di Dadaku karena dirasa sudah bermetamorfosis. Apakah pemerintah yang dalam hal ini Kemenpora memiliki aturan terkait syarat sebuah lagu bias menjadi lagu Nasional? hal itupun belum diketahui sampai sekarang. Sebelum kita menuju pada sebuah titik terang dimana pertanyaan saya ini menemukan jawabannya, adakah dari pembaca sekalian yang mau membantu saya untuk menjawab bagaimanakah seharusnya lagu-lagu kebangsaan, wajib atau nasional  ini agar tetap eksis di hati masyarakat khususnya kawula muda saat event-event besar keolahragaan maupun event yang bersifat mengharumkan nama bangsa berlangsung?  Secara pribadi  menurut saya, lagu-lagu wajib nasional seolah punah dikarenakan kita sudah jarang menggunakan (baca: menyanyikan) mereka lagi pada event-event dimana semestinya mereka dikumandangkan. *

*. Tulisan dalam kategori OPINI adalah tulisan warga Net. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

NILAI NASIONALISME DALAM LIRIK LAGU (Study Semiotik Nilai Nasionalisme Dalam Lirik Lagu Garuda Di Dadaku Oleh Band Netral)

Remaja Lebih Suka Garuda di Dadaku dari Garuda Pancasila

Senin, 8 Agustus 2016 - 06:01 WIB

VIVA.co.id - Kalangan muda Indonesia masa kini, dianggap mulai mengacuhkan lambang-lambang negara. Salah satu indikatornya, ialah berpalingnya muda-mudi dari lagu kebangsaan seperti Garuda Pancasila. Mereka lebih senang menyanyikan lagu Garuda di Dadaku karya grup band Netral.

Tergeruskah nasionalisme bangsa?

Pertanyaan itu muncul dalam diskusi tentang nasionalisme yang diselenggarakan Ikatan Alumni Resimen Mahasiswa Indonesia (IARMI) Jawa Timur di kampus Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Surabaya (Stiesa) pada Minggu malam, 7 Agustus 2016.

Pengelola Sekolah Kebangsaan Tjokroaminoto, Joko Susanto menilai, generasi masa kini memiliki alamnya sendiri yang berbeda dengan generasi terdahulu. Revolusi informasi berpengaruh besar pada pola pikir dan tindak muda-muda Indonesia.

Kendati begitu, kata pengajar di Universitas Airlangga (Unair) Surabaya itu, bukan berarti nasionalisme di jiwa remaja Indonesia tidak ada. "Betul mereka jarang menyanyikan lagu Garuda Pancasila, tetapi mata mereka juga terlihat berkaca-kaca ketika menyanyikan lagu Garuda di Dadaku," ujar Joko.

Menurutnya, diperlukan pendekatan berbeda untuk menghunjamkan ruh kebangsaan kepada remaja masa kini. Tidak lagi, dengan cara seperti di era Orde Lama dan Orde Baru.

"Bukan saya tidak sepakat dengan program bela negara secara militer, tetapi mereka harus didekati dengan cara kreatif, yang membuka ruang bagi mereka mengekspresikan kecintaannya pada negara ini," kata Joko.

Wakil Asisten Teritorial Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Brigadir Jenderal TNI Gatot Triswanto, kembali mengingatkan kepada semua kalangan masyarakat tentang hal yang disampaikan Panglima TNI Gatot Nurmantyo soal perang non-militeristik, yakni proxy war.

Perang jenis baru itu, katanya, lebih berbahaya daripada perang konvensional, yakni dengan merusak generasi bangsa, sehingga pada saatnya akan terjadi keterputusan generasi, atau lost generations. Mental dan kualitas generasi dirusak dengan narkotik dan asupan informasi yang jauh dari jati diri bangsa.

Karena itu, Gatot menegaskan bahwa perlu pengawalan nilai-nilai kebangsaan kepada siswa dan mahasiswa. “Misalnya, saat mereka mengikuti masa pengenalan sekolah, atau kampus. TNI sendiri sifatnya hanya mendampingi," katanya. (asp)

Kendati begitu, kata pengajar di Universitas Airlangga (Unair) Surabaya itu, bukan berarti nasionalisme di jiwa remaja Indonesia tidak ada. "Betul mereka jarang menyanyikan lagu Garuda Pancasila, tetapi mata mereka juga terlihat berkaca-kaca ketika menyanyikan lagu Garuda di Dadaku," ujar Joko.

NETRAL adalah Group Band yang dibentuk pada tanggal 11 November 1992. Dimana oleh pers Indonesia saat itu dikatakan sebagai Band Alternatif. Terlepas dari yang diberikan pers Indonesia ini benar atau tidak. Yang jelas band yang dibentuk dari hasil persahabatan di SMA Negeri 55 dan 60 Jakarta ini hanya memainkan musik yang benar-benar murni keluar dari hati Nurani mereka sendiri. Sesuai dengan Definisi Musik yang kita kenal.

Musik adalah Suatu bahasa yang universal yang dapat dimengerti oleh semua orang, dimana musik menyuarakan isi hati sang pemusik yang memang ingin mengeluarkan dan membagikan apa yang mereka rasakan kepada semua orang.

Sejak terbentuk, Netral hanya terdiri dari tiga personil, yaitu :

Lahir pada tanggal 17 Januari 1971. Dalam band ini Bagus memainkan alat musik Bass Guitar dan juga sebagai Vokalis. Permainan Bass dan karakter suaranya memberikan warna PUNK pada musik Netral

GABRIEL BIMO SULAKSONOLahir pada tanggal 22 Desember 1971. Memainkan alat musik Drum, yang berhasil memberikan ciri yang unik pada musik Netral.

RICY DAYANDANILebih dikenal dengan nama Miten, Lahir pada tanggal 23 September 1971, memainkan alat musik Guitar dengan memberikan ciri Rock ‘ N Roll.

Mulanya, mereka memainkan musik-musik dari luar negeri seperti Nirvana, Testament, Jimi Hendrix, Alice in chain, Metallica, dan lain-lain. Juga sering mengisi acara-acara di SMA-SMA maupun Universitas-Universitas di Jabotabek..

Banyaknya pementasan yang dilakukan membuat Netral semakin dewasa dalam penampilan. Sehingga mereka mulai memikirkan untuk membuat album sendiri. Pada tahun 1994, dengan melalui perjuangan yang tidak ringan, Netral akhirnya mendapatkan produser untuk album perdananya. Dibawah naungan PT. Indosemar Sakti, Netral merilis album wa…lah, dan berhasil menjual lebih dari 80.000 unit kaset dan Compact Disc dari album perdana ini..

Album kedua Netral berjudul Tidak Enak dirilis pada tanggal 30 Juli 1996 dan koferensi pers di Jazz Rock Café Jakarta dihadiri hampir seluruh rekan pers di Jakarta dan rekan pers dari daerah lainnya.

Album kedua Netral berjudul TIDAK ENAK, memang berkesan tidak enak, tetapi bila diamati ada keseriusan dan kepedulian dalam musik Netral sehingga menimbulkan suatu daya tarik bagi yang mendengarnya. Dengan lagu Bobo, boring day , dan desaku album kedua ini tidak kalah angka penjualannya dengan album pertama.

Band ini semakin dikenal banyak orang sehingga ketika band asing seperti Foo Fighters, Sonic Youth, dan Beastie Boys hadir di Indonesia pada acara Jakarta Pop Alternatif Music Festival, Netral diminta untuk menjadi pendamping band mereka. Tercatat lebih dari 50.000 orang menyaksikan pementasan Netral.

Tidak hanya sukses di pementasan, namun sukses Netral juga diikuti dengan masuknya Netral dalam nominasi BASF AWARD untuk kategori pendatang baru terbaik dari group Rock terbaik.

Pada tanggal 16 januari 1998, Netral mengeluarkan album ketiga dengan judul “ Album Minggu Ini “ dan berlangsung menggelar tour ke-24 kota di Sumatera dan Jawa. Dengan klip video “ Pucat Pedih Serang “ buatan Rizal Mantovani, membuat penjualan album ini terus bertambah dengan adanya lagu-lagu pertama. Angka ini terus bertambah dengan adanya lagu-lagu lain yang sangat disukai pasar seperti lagu Kau, Selamat Datang, dan Dukun Kebo Ijo. Berbeda dengan album-album sebelumnya, album ini lebih mudah didengar, dengan harapan mampu menyerap pasar yang lebih luas.

Pada bulan Juli 1998, Bimo menyatakan ingin keluar karena mau mencoba warna musik baru. Walaupun berat hati namun akhirnya Netral harus melepas Bimo. Masa-masa tanpa Bimo harus dilewati dengan Additional Drummer untuk mengisi jadwal pementasan.

Beberapa Additional Drummer yang pernah membantu Netral, adalah :

2. Toni Traxx (Kaktus)

Atas desakkan produser, Netral harus segera mencari Drummer tetap untuk mengisi tempat yang ditinggalkan Bimo, maka setelah mempertimbangkan banyak hal, diputuskan untuk mengajak Eno sebagai Drummer tetap Netral. Maka terhitung sejak 26 Maret 1999, Eno menerima tawaran Netral dan resmi menggantikan Bimo.

Adapun Data diri dari Eno adalah :

Nama : Eno Gitara Riyanto

Tempat/Tgl.Lahir : 11 Oktober 1979

Pengalaman : - Djakarta Band

- Additional Musician untuk Bima Band

Pendidikan : Universitas Pancasila, Fak. Teknik Arsitektur

Warna Musik : Rock, Blues, Acid, Fusion

Bersama Eno, akhirnya Netral dapat merilis album keempatnya yang berjudul “ PATEN “ pada tanggal 9 Juni 1999. Dengan didukung Additional Musician seperti Dhani Ahmad dan Dessy Fitri, hits Netral yang berjudul “ Nurani “ dipercaya dapat menaikkan angka penjualan album diatas 150.000 unit. Apalagi di album ini masih ada materi-materi seperti Babi, ’98, & Pecah Belah, Yang Enerjik, mudah dipahami dan dapat mewakili suara-suara anak muda yang selama ini kurang didengar.Sound Guitar yang unik dan pukulan Drum Eno yang dinamis menjadikan album ini lebih matang dari album-album sebelumnya.

Pada bulan Juli 1999 dengan bantuan sutradara Dimas Djayadiningrat video klip nurani menjadi juara video musik Indonesia untuk bulan Juli 1999/2000.

Pada bulan Agustus – September netral melakukan tour di beberapa kota di jawa – bali termasuk bisa main di centerstage di Hard rock hotel Bali yang biasanya diisi oleh musik-musik yang easy listening.

Akhir bulan November Miten mengundurkan diri dari netral setelah beberapa kali absen di setiap kegiatan. Pada bulan Desember 1999 Miten berpamitan untuk berangkat ke Amerika meneruskan sekolahnya.

Setelah Miten mengundurkan diri, dan sementara posisinya diisi oleh beberapa additional , yang antara lainnya adalah Damar ( kakak kandung Miten). Adapun pengisi gitar selama belum mendapat pengganti adalah :

1. Apoy ( Denny Iskandar)

Secara bergantian mereka membantu netral untuk konser, rekaman atau kegiatan lainnya.

Pada bulan Mei 2000 netral menyelesaikan rekamannya untuk “album the best” yang materinya 12 lagu kumpulan dari album pertama hingga keempat dan ditambah dua lagu baru yang berjudul Cahaya bulan, dan Warna Biru.

Total jumlah keseluruhan lagu dalam album ini adalah 14 lagu, terdiri dari :

Cahaya Bulan, Wa..lah, Nurani, Pelangi, Pucat Pedih Serang, Sakau, Boring day, Bulan, Babi, Kau, Desaku, Sampah, Bobo, Warna biru.

Untuk lebih menarik lagi judul album ini di plesetkan menjadi Netral is the best. Dan akhirnya pada bulan Juni 2000 kaset dan Compact Disc album ini dirilis oleh PT. Indo Semar Sakti selaku produser netral.

Pada Tahun 2001, dengan 2 orang personil aja netral merilis album ke V dengan judul “Oke Deh” dengan hits singlenya Bertarung.

Album ini berisikan lagu-lagu terbaru karya Eno dan Bagus serta dibantu oleh beberapa additional gitar.

Tahun 2003, Netral mendapat satu personil baru untuk posisi gitar yaitu Coki, setelah melalui audisi yang panjang dan beberapa kali ikut sebagai additional gitar di beberapa konser musik bersama netral, makan akhirnya, coki resmi menjadi anggota netral. Di tahun yang sama, netral merilis album terbaru bertitel “Kancut” dengan single pertamanya yang berjudul - I Love You. Album ini cukup sukses dan merebut perhatian anak-anak muda karena materi album ini cukup fresh, dan unik namun memiliki ciri khas netral yang kental. Pada akhir tahun 2003 , Netral mengeluarkan klip keduanya berjudul – Namanya Juga Netral. Lagu yang sedikit berbau bossas ini disertai lirik yang lucu dan tetap diakhiri dengan beat ala netral yang kencang dan powerful, menjadikan lagu ini menjadi sesuatu yang baru dan unik bagi pasar musik Indonesia.

Tanggal 7 Februari 2005, netral merilis album ke VII, dengan materi 7 lagu dan hanya dicetak 7000 keping DVD saja, netral bermaksud agar album ini menjadi persembahan yang special bagi para pecinta musik netral. Karena album ini hanya dicetak terbatas. Dengan menjadi produser album sendiri dengan nama “Kancut Record”, netral merilis album “Hitam” , dengan single pertamanya – Haru Biru. Album ini hanya dijual melalui fans club neytral, melalui distro dan melalui MTV trax, dengan disertai bonus DVD berisi film tentang pembuatan album ini. Maka menjadikan album ini sesuatu yang special dan mungkin baru pertama di Indonesia.

Pada Bulan Juni 2005, netral merilis album ke 8 yang berjudul “Putih” . Atas desakkan para penggemar netral, maka album ini dirilis secara nasional dengan bekerja sama dengan Alfa Records sebagai distributor, maka album putih ini bisa diperoleh di semua toko kaset. Album ini menghasilkan banyak single seperti ; “Terbang Tenggelam”’, “Sorri”, “di Pantai di kala rembulan”, “Super Hero”, dan “Terompet Iblis”. Album putih ini cukup sukses dalam penjualannya yang tidak kurang dari 100 ribu keping kaset terjual di seluruh Indonesia. Belum lagi jadwal konser yang padat selama 1 tahun penuh, membuat album Putih ini cukup sukses.

Adalah Netral yang berarti bebas, tanpa batasan, positif, dan tidak pernah berpihak pada apa dan siapapun, hanya berpihak pada dirinya sendiri dan diatas segalanya tentunya Tuhan Yang Maha Esa.

Sumber : http://sejarahgroupband.blogspot.co.id/2012/02/netral-adalah-group-band-yang-dibentuk.html

%PDF-1.7 %âãÏÓ 1 0 obj <> >> endobj 2 0 obj <> endobj 3 0 obj <> /Font <> /XObject <> /ProcSet [/PDF /Text /ImageB /ImageC /ImageI] >> /Parent 2 0 R /MediaBox [0 0 612 792] /Contents 2056 0 R /StructParents 0 /Group <> /Tabs /S >> endobj 4 0 obj <> stream xœ•WKsâ8¾SÅĞÑ> èeI�JQeB&å!a²�©9d÷àMXÂ$À,�Ãüûé–aƒŒåx+å K­Vëëî¯Ûäâ�\^^Ü]åCÂú}2^‘Á´Û¹øÌ W”)2ı§Ûá„Á'’iÊb˜¡V– w31d¾ív™»7{x»év#ÿE¦_º�kĞH®ï®99�Ÿw<€K�šµåÔ wÀct«èúşeğŒÆ‡>8&·ùCÜK¢<îÉhDn³ØD7ßpáäìòF¢îF\ÓÔx^26�ıêæZ8Lù›£4ì´ax0”c]ZèFÙÉÒ¨½­Êjì™­ª•­Ê¤4õ77»GÔ¸'å4Uà�DSiJşŒ&»ıó"Lf˘'Ñoº†{½Á³Æ—9Ü,¹�9/‡›Ø–ƒ×˜[X(æèÇ};,„–”¥�%u~ûOÜ0ÊMU\dı~”ê÷$ü& <Ş�7Í$NÁs…c·$L_�H¸ÕãøºÏíe©w¶ ¥TR%}d«H¼ËBÌr_vT!ı…÷FˆuЯ�Cº”‘.,NuaZÍv›"–à@ÔØ›ğ„jQ‰†8$,À6|Á³ø“5ñwà-9eº�U¥4QÇgøLµJŠ$lTbMÚèĞ5:¸_§$Ñœšƒ�¯ûøâ%ÜRŽM�›ºƒ•¡tHKÍÑú1D�‰ “1�Bùd©”ş¶P˜k>ﲤÇ(“àÀ§ÇèSp[šPæYÓ¸#{~A¢Xì~$ƒ}Fœd¼wD³AÊy) (òà/™†m?ÃÍ6à)`å·ü.—pp�J×»ìÿ‚ëd[ —N¸†R¡ R@¤ ¦�¡‘†ÑP©@bj¡„û½†¬&¦°)ވ•Š£UW+6‹ŸÛE�EBÓÔßÖlGmbe‚(Åir�áyôÇşµX‘í,N¢¿Â9Î.ȶxC¶|!۸Ǚ£ÜİŞ½àc�3 Œj¢Ù¯vx“ı+YΖ?1Á7qOGë·ÙK�¥¥¡iâ[Ô|¯ºê-$£”qñøóì�¹Rİ;‹ ™èR~+ä�Âõ'½ú „·¥³�ŒÖË=N®¯Åvr4<õl6»�ô¥uÍV-ªîò8´$ •æ�P„­Ë‘ûM(«€$¸ôw¹kœs´$ôpÙÉ#^ÂÃçöà¥Ğ¿'§}tÓºz$ £°Yh,)‡ö`½rQ»Â²�D~�«Õ^vªó²)©1ş ƒF…u¥Gr�-œ§e³.�Ÿ “Ší€„ÆA›7ª®cg©-M*ª›o|dµ»ğÛR‘RPY9Ô: ­¨$OøÉ“/‹ùz™ášüQ×8ÀmJJ$)TÈ[uB‚7w1®5$�EÚ*æ�ã ·òeÇ“)b�O1T¿MC©À8¶ĞŞÎ`1bêLv’v¼j}ZÒı8ŸÏPü�=*=“Æ@ÎÙ¸æë«Òä´;¨®*ò�°‹›ï¤ÚÏد}pߺÓÜò:úŒà"�¾ç®¾à0X* NV1d’œŠŠ›ò,îÙhLn�ßò릺_N•ãsȵU ª-P,g)f©åK6Âã3ü��â—e¬øHĞÜßİlC]‰©ÂcäÑQ‹`¡#Ëzä[tq&Ë«æı�°„J endstream endobj 5 0 obj <> endobj 6 0 obj <> endobj 7 0 obj <> endobj 8 0 obj <> endobj 9 0 obj <> endobj 10 0 obj [11 0 R] endobj 11 0 obj <> endobj 12 0 obj <> endobj 13 0 obj <> endobj 14 0 obj <> endobj 15 0 obj <> endobj 16 0 obj <> endobj 17 0 obj <> endobj 18 0 obj <> stream xœí\s³:Î6&˜bH¸%\Í5ÜšËIšşÿŸöɆ$´={v§Û÷ël&šiCcô Y–dBOzÒ“�ô¤'=éIOzÒÿI2“~›‡ÿ¢¡$3ğ>N’ño³ó§ÉÚV8Ğ<†ô×’!¿ım~ş0¥¥Ç*/Ë]DŞv½•¬›ßæèϾÈIy:çk—l"g·zg»UğÛlı1jşR—%‰œ‘ E4VQÑ…ç[ÕosöGÈ:iF™¢ıRBêÆB¬@H-}´ÍZ-ùmŞ~�\œ­¯Ar¤Ø)ºDĞØ3díº¾~83�îÀªÌ6—f²‰v!#0.ßc®şÛş(ÉË…QËä¥AÕÅğªùëğÙ¨$ØèP˜Îo³ø£ä;u v®I{> ^Ó`ï Ãç¦ErK~ÎÓßæñ'©ÊÉ1AÁÅö%­&€·hrhîv)j϶BÊí.şm�H›*,´¬‹t¤¨ĞR‡>|†ÑùÒ`egZ'ù·Ùü1*ÎgŸx5ÁoW4HY#ğ©}ì#Ö§è˜>L QkgŠKÜeXxäμtÃo86±R®uTÚY•”÷c­¢ı¦¸i¬ê¤Áv<†©°a=~srå—üa²�Ì PâíÔkK°¦îé†NÊı� òä�_aïÇ)íÕİ<�æ*_ìín�·&òOlÿn¥[�¤MhOZš#˜­¢l‰)ë¦(ÙçJıx±±+QSlïÊÊVàJ"‰a|X�J­¶Tû� ĞJ§õˆÔ+ÿÚÀ� Y5°í�ít#Âದ¤Î�ßbòI]×e¡�຺ê%Àu�ÀJ(ÚÔƒ Sò¾@~9¼oA\n¦Ù=\¢C° Ê(‡%Wí ”ÔçÓ#$w”¼ò˦} e{am;0×{9W€ Ò×�¹}„ì.2dœö£€³7Ä<·me´±ıt3PfWÄê»û[Lş$™g�ŞèHú'0[™�ª¾¹ÄD¨ÄYG©óer÷«0ıRE*2ÅÆğ›\™»_ãñGɸíàZ)û ,ÖÙ®ò‹½ß1Ğb�ÅâÄ%›=H�²YªƒP\5×ÁÑ µ¡yŞuËh“]×Ïê?�ò?C4/ D)€X¿ã�’y®N"¨iHµ}0«§yˆé‹è–…XK†C“7Ô|ÙM¶4ÉQqARPp¡»}ø VÀš$Ì7d¦dÍuØ’¢|“«¹‹¢Ó¾Ëûb÷î3Ù¦¤ØèÔ¨‹v£øN†±ŠßƒôrÎÌBIû‹„°¾O‚úQ2X4ßmÓ $š0ö�tâKšJÛ•QG>3lêï'#Ûéh‹Ô5·XUœn7eBŞ÷­…iu)ÎÛlÃÃ\qÚÜãÈ€¥ç`Ú…Ú¶3Ö4`œœè׸ûy¢çÀƒW5+Õ£iúšJâXˆZÁÂ¥2Mîbà°Šğwüi’Jğ¬r÷Öá±ı†ß•yğ(¶ùJú©-�Xr¹â*iÛ¦®*wqLU§óûqȺ”�i± ‹,´íËé R�×­ıy�¯TÙ&l«h†¸ £–'-Á½~(Su'I?\Zš·®‹ ¼<ÚÔıHÑTš4*Ç«ú{R#Ê}Ò“�ô¤'=éI?B’´­Ù¶�ÈZ-}³â@ `$8İä®#NÛë˜ßäËÃhöÃÛkJWö@Λؚßx^ÿݤ‹ûæôÇcÊ9JÒyZßûÿö¤EUî,^W‹ùÜ;uƧpÍ—ÙXWÌ=�%—8 O•à!¿&Zğğãá ¿ãI.�½•û¤^yüH’e麀Št?’¥[!†›‰3÷ò–ğı Ïú‰KòKËÒ�¾�W›‰:N©ğ<^ND ;ÃXÔ›D¢¾H©yK�eÄ´UòO›r\†Q4÷ÛoÏ4¾·€Ôn~À£N´ã[¸`#`7´ÃÛ—„™î0gv¼ï»\@M,qÉ°�bàÃßMu�xqá­DiΫE¹äÅÙ®×sX²‘¯�3ÃùªôÔ\¯¼BLÎğµ/‚{l0â¥õ¼$Ÿu/ctü]ÿk=¢"A¸šyãcĬçÛûmKÖšWÜÁø��hzpé”eÎÂ‹í¸®óYşM¸W¼¶¶÷*±ºÒ†¢c1´Éáü Ö|ĞW{QZâç•ó!¡l¿p¼¤^87‰ÚıÕ3íö¤Š¼ò<ͺB\™·NR6Ó¶“ªÃtÅĞ�Ûe9+]>E¤í·k‹^)~=݃֓vx{O+ù§Z¾$ïìŠ×7ak}IÈ×]¯JzkšâÕ��¶¾jƒ´ ¼§QÜîâ~mÚ{«iø,Qé�W^.ÊÁbçßÎ^[“§âÙ‚sÉæ�7çÃû+ÁçD¾>’³ÅçZ�/#o«n²¢MğâlÖi7`Òª«=Q�>Ê·‚ñujê�Ö|ÀËè—>ÿ1^­µrºìV«=>nú¯—Š^ }Òg{‘^©í™wéfñ”“ Şäı”x·i'½f.LÔ¡XiŠw3Óö_™ùNñ*ìû "Só@o»iS¢ÍÎğÿÔYëÙFî4!–;޵uYu_\Àø‡Š… ŞàµÂñl5Ş é5DşÜRû€w§Í_™œàå$§ïû!¯·ØLl„ºÓz^£Ğ¢pvd¯»zÃ;;­?Ø”;^É›îáŞq��µ£"Ö/ì^ŒÏ{åwÒŸà}ó÷lßï¨Ï3Ǫ(ëÿ¼Z—�ñˆï©lÏV„t/2{­@Öë°-ÇëiŞ)ø²âúìy“’Á;^óVLsœ/6<�W/ùó¿—¯BÉùÎúr½^—Ş·§¯°W8ÔÀxÜWÒêeÅ|L>yÉIô2èèdşÚGíø¥ÔFØ«òÅ{¹Kø®Ï;‡»— Ñê�)±æåôŞx¦å·³ß·y×m£)Ş2¥.eÿ•>Ãz„OÛİØL�‹¢å®Ù¢OkÇÿŒ×ªVš÷yIëİ‚„‹«ìox“y¬Ÿw޸´xÙδXšâ VŞâ:U\�V«¥ûuş–ÿ%^ğ•`ï®ZângoNÇm`¾Çq4fÖ£ª×^?UÛş©5oªŸğÆZWÅ;Í3'x=j«,™àU˘­„ËóÉ>c{çüæO‚•¾.1\ÏF_¨î�¿Á‹GóšËÂèO’xå½,åxg´oé|˼ˆ½—X»ãÅ‘&æôHíbÁïê—õWıvØt�¸ñж#`8}İfåÍ“+Ş©…{�”t2T¦x››ÌÀ‚ ½f㩘tï�©àvŞ·ŞOşõ¾ûdÀ/¸0‡�a8ó8ù¡½v}Î1™¿˜#^ÁƒşÓ=ì+^¤Æ/£½ñºÛÕuN‚O^¼£|A±@—&x9¿ÌnQx0àM¼Òrñ>È•?»÷ ’˜Y¯§@l£H›­�-?LoôüdûuX(+æ«šùÛ­¼†ñ^m¿ø+¼–¿šf¹Xu¦ğ|”pö2Ïõë…×øj ñ0:ª0ŒFÊì¹s9–âÕbŠñwïõBDVtŞ„Q„eŞ.­7§…· 9åηğÊÅ2̲l¹\K—årióC©1®ñÃaäÔ†�¡]6œÆB)«xY�!]ò‘Âe&î\Æq�Eç>Î:Ø©eqyºËšâª€�úêK“8ş” I‚,/{˜ÈÛÚ€;ë‹¡í¨6¯>ŸÏumo–†”ÁhwdhÈlܽ‰ñËò=Ï!'HĞıÚQièÌ’eş«*ïßníp�¸Ğíã5§$š$‰KU<¹´:¥Ç)mzÒ“�ô¤'= ü»6øZ®Tq-¢FÔ€sÁŠH„ zX×Õè‹´v·°ŠÊQcLÊçè"Ü•N5ŒÁ]‰šæÂke£‰xTĞ4ĞnÆu$£ 1ÆÌâݤ¢1ˆE‘Qğ„B ̾P‡ßß�ùGÒ£uL�åï¢Öؾ¹xá5rnÍ“.Òád´QéˆBXˆÄ[ã¸ön�{V¾8E[m{¸VîÅñ˜çÕ˵ÑÇà+åÂSµæ±‚Œ²ŠÀaO^ >�ŠÁCl½L†ñœC~V�yŠ¢RGä-ló¿ÉòüuKÀê£DyiMPê Ù� L¹»(×��”:çÍî;@%ùæz>n†Tg°p±–Q28ØrBh’BÛğ”{ñ�ñ*Ÿ³” }.vWxµ8Éc¤ê’H– .AÿP…ŞæİìnoÏ”B‡À#È?޲<󃢚‹Ñ;^Ú]è±–¥¬¼eõ”³�üŞGRvR¯xû1…ä@´Œ‹mßñGJ×&ŞEŒ'ÙCŠ›ñXüù�éb =�I3Ì#òf[S÷Uc:U­5”9³I¹¼çëù�7$4ä¸WqV¦ 8¹Ş³³�>à�ægrÇÛ°¿ ¿ºx;šêî©wÉ›÷çJãÍã+CÖñrk`Ç-�iÖ=�Pu`^ ç¸.¼´ë§x/ÇÁ°ğ¾8ÓŞË1o קÍiıQ¾Øğ4÷†·€`÷¬*o~Üy.!è…r%Û×;??Mié$ôTßñŞõ¹SÒRCa?`§Ûíoó2L4 äòU”jP ù"º+¡í�á çy�WÊ2Œ¢Y­îG}öÅ^œŞ¿óKÒzö‡^ ¦Ø_T¨s,ñ‚6&ìn /Ó†ÛÌçkõ:nzöÑtşú«!Ç#çµxÕë&·|�%¼&¸è^˜’<æŒút”oJH2VYÎn󗇢¦Æø‡Ú/ÿÌ£iü^ı¯Z˜š‹�ôÁ>G€—t!Tó,x9äy‡òUÄÄÛ-î”| ¼#Égnİ«‹ÌW‘á�^ ˆ˜h:BG¡Ï<©�/¯½ÀCE­0Rzqàü‡ğj­Ú¼ÃøÁÑi’¤ñ0 ^îSd+ÃDòJ.bıÕO�Iݘç²üÒó}{Ìût«ŠÒŠïf“¸¿e]è¶ôı-È^]¾èVyXƒ{Ÿl:Œ$­s¡¹Šá{U~YúlKIiªÅ–¢]FRï­GY¾¯-~`õvÛ5àÛ,C΂½ä)Rty— &)É฀F)X.ëº= AóRl¨ÚËÃuAj¡‹-Ù \Bdã¼A_àìF‚¾Âà شŠ�—Ér‘ïy6©…?f¸~�0¡×¤²BùƒX–x.†ˆ™¨Ò{旌ǼüD¹o A<6ßß 33�64KC?~2O�}‡’‘îf¤aÀgEõ“�ô¤G&©{í˜HÁ¸ -©ä߆²ªªÿ°ÔcıÓs�òíé9mÿy ©&¿OyQ«ÿ ºÇ˜¨’"2ïQ±J¤ÏX."ff2Æjö!ÑüÖ& ŠØä!"9˜ğÉö׊ô|�e ‹ıÛ,¡Óç½Õ,¾İ8iù÷åUjp_ôd_9„4İWQ#¥‰©õi�´â+º\¸(‡ÃËiQBB‘^­u•¦"¸U;_jlœNX—Ì ^ó/İ^AäÒ¿Z%Ğ4İUÎÓûQLêrŠ¿�ÿó†·)ŠBŒ�‰œWh!3–h0-¢q�7§4ˆ,áèáĞ”,Åî‹Ğ÷–Pµ{¾`‹(õ…oÒğw°¡š(¼±dŸ êJˆ&blÕgÃĞaxwÉ%QRp¶× F®¥"’ȉâºjŠ•DHuˆr­€WudY‚?ã‚,5áÇ–›ñ7ûü*rªpYò§…¸àÒ.* ÀÙ/)ê*”â½lºo^Xoóm]´L峟®Åph"ÿ¬¨$»à Câ’Ü—6:?Îq’«ˆmiÕ.Acn]LÜR1!�ÊÄÄ)¯rÄŞ7à59_É ô9p;äüĞN½\Ü6ğ;S¡g¢(‘xçĞ[:âÕ-»áïåáxéş6ƒÉ.ó÷"Ê‚dxMx‹,W(u>r¼ğ;à=Œx”8*€‡>Ê–à0åó�u†ùx7rÔň‘§-y“òã­äŞt/ó÷É9Ao.àMw§´Ş …®°+Ş ¼–Ãñ&µŒXè®=+›Beœæ=«¬ªrΖ(!ôYw¤QŸéşfXpaHE†aš‚̃ÕFŠMt0R¦H])şùyBL[¹„¨°y©Í[¥Ú*vc1õâ¾'RÍÔ]�4eg¹¢çr©6Ù3´çšæ®™1û¾’ÖD±}ÜTè�§,@Ù�.-³ �Ëv Y¶êNÏÎ$NM‘·Ë6œ¯v‰ã‡†²ñ‘İvwKYNå”%Ħ;²iÚ7nÇár¨XJŠÇ;––ªÎ JÎw�uŠ.RéA¥<êF•1µj­–%ˆ^˜ŞX’ƒˆEDºğw<%Q´z›IË\èM+Ó�Ò´òpnÛF®ß´MÁlåıáKépœF)-LsÚ0 ¥`"›z©‘Y¥¨ª¬ …qP¤û‹\P€*¢À`k2!bÒ¶:J!�t¤7�’´­êG>1˜Ø` ’¢Š¦MUµˆF `öu9}’«¯¾Œ=ÄÛâş�ܯ5Áì±Şÿ‰’/xçõÒOzÒ“�ô¤'=éIOzÒ“�ô¤ïĞÿªŞÚ endstream endobj 19 0 obj <> stream ÿÿÿ÷ùûûüıõ÷ú A„ğôøéîôíñö A… D‡âèğÄÑá’¥Á 7 >‚³ÀÔÓŞêt�¶+W�İåîvŒ± :�G‡ÏØ䪹Ï|•¸�²Ìl‰°¿ÌİØàêÇÓ⃘¹Rv¥�¢À7a—Aj� ´Íh„¬š«Æ°ÁÖW|ªc‡±MoŸQ� 4BlŸSz¨y—»#R� ,|5\“Z�­5g�‚ŸÀGhš endstream endobj 20 0 obj <> /Font <> /XObject 2057 0 R /ProcSet [/PDF /Text /ImageB /ImageC /ImageI] >> /Parent 2 0 R /MediaBox [0 0 612 792] /Contents 2059 0 R /StructParents 1 /Group <> /Tabs /S >> endobj 21 0 obj <> stream xœ�}Û®e·­å»ÿÃ~¬ÚËSw©(Ç�»âÄ ì:h4’~¨n»�ËIÄö9Èß·ÈAiΪµ³r`xïÒØ”DIER—ùôñoŸ~ö³�ıóן=ÿêí_¿zñÇo_~òÉÓ§ŸıüéÓ7~ğñ/ÂSÈ·#?½ù~��ù_xŠ5ßJzj!<½ùË$úâ›öôı~p<}¯©n©/>üàw/~û2¿øü«ùã‹Ï¿yõ²¼ø¯æ¿¿zù¿ŸŞüòÃ>ŸuH=^rªáÖ Kşİ‹§�ğéó_ÿüéiã9Ü繜îõvÔüTGº�üHÉñ_è��Æ-ÍÂk¿õj…k£=Hc¿üÊşñ\Ëcš-oçR�îÒ–Ûδ¿zıò£ôâkù¡ÿúò^ŞVe쫧ïÖ#�øâßî�_ù(ÍßñÕü?’ç?SÁ¯®¿bïüɵ’÷ Uñ–ş {‹¶Üú‰¡§�fw”:�Şüßß½øìõ�|9„[>ç;4ǽŠòä³^Fş3“ÿıå½Ïs8�ø_éğÜÆ­¼Óß�õc�ªôûµ¾3ŸÒ33õ–û{'k9n£?Rxş&ë˜sµÏÂÓìsçü÷/¾ùñ§oÿx§‡Cª·pÎpo$Eäz¦ı滿¼ñÅeNşm�ä¿û?¾Ÿÿß­s´[°Òx„[gÚ_½¨ñï/;şñ绪$ŞBz°¦©vòµ¦·Rú÷òã§{Ùjı§�y¿ˆÆ&î”ó¢2tB)óÿ>“í“ñ3EÒSå<ÚË)¶[:Ѫ68jÌ:¹ïŠOš2q´SÆçÕAÊsD.½,j@;úÛ·ÌĞïvwês^�ÿJw‹vìé=İı˜j·ñ`gæ#İÒ…Å/µeÿÇË�¤©wòå¹Fş“¦-Úr‹íLûéœogWşõÛ»Ú´=:×ó\Eî´²Î÷ãßß¾Lsš¿?[ ıÖòcU”¯Üüşå]Ú*TwË}Gi–Õv íVã#%×÷–|-î8Ähz ¸öHq¥§[xh±èWËmëà÷¯9×ò¦û`yï_e®åÕCÖ‰GÊ»§Ó}Es’€í#¥¿_ ¾O¼æÔËŒq«Îøï_¼ã¼¿«@B‘HÆ)ßgß½¬/ŞşÇüã�¬ÉLç+é-¬ñ!/;LÛ¬?ä Ç÷/¥×òz~p{'İ[N�™ï¡ö é9?ô¼uT¦ÜêÏè%¿şê›7bA¾~#‚òooîM™©)ê%ëİé5Û”Ú™öӗů¿‘ğÀWó×}1ü±J "N´Ÿ½z�ÙñêQ»ÇJïE´É¥§~!‘õß|ıò£¡sëÕ›×_J§½ºkg™RU˜¦'–/}öåÿ|-½vog-ωÓì­‘?_ıóÆ‹8‚³ú1¿?Öœl¥„[yúOÙ'ŸqÄùsÌŸ_1³„§?=}C�˜ğ,ö”ş÷Sº�Óáò÷À¿g ‘É R$M'¦£¦3ÓRKI*�®éÆtÕtgÚX¤†Î6±¯ğFèš#@$P8“evr™µ�\fåZÕ·¦§ğjÚ™LÊøeş]y, ¢™ÓÁ‰t„à˜nšÌPu÷<ğïEÓ‰é¬éLú¤éÊ¿GdXL{`7E‘a|luN©J�4İê…`œ�$62ÊÔTö”vÂ*LüN,$hLÏŞ®{«æh0�AP �@°ÊlÚŸµv ‹ÏÀùL7¬^f[…e&íü*£¥«¦ÓZ§ê‡%/]7XL�tÒws"2-ój‘ Ò™é¦éUb�—ˆiĞ;™,hE'—˜I(*€F a›½}�M�í3™Öád³¢'ùlšr&5\­^`p éÈtàĞ5åwÏoÅÇ MÇ!1-M:ã@æN@¹ı$•Û�‘[1KM “ã¹` 8ˆk3 üáN �Â#VqmµñÕ�”÷¾™@{ïÅ®ÕöÎB»V;�JŠŠDŠ çt Œæ³aZEq&ihw›èé@ÕÇmÖAĞ2Šs:-£xk'0Æ>�S�Mn™é�E÷aT9�¢Œ]�¤€BÓ–e °¶¤ˆB“·eé¤'P Øâ1�–0Í:�>T³Ú’–’�Ü"�í=¢ZËáºw�YêÀB ç}ÍIz2M ç#kµ­“�¬ÕÊBH@ª]‹ë2€Â24¬B`ÒÚVÉG•ı‘µù8Ud€tr+¾6¥ÆŠ/È�^ŸÆµŠéÑ2-à4ùúˆƒ$@  ¬Ç­Pí¸*â V+mKØ í Xœ*ÀeuÚë‡�Ç ¨ck¾Ô2�U¨ğQûÆ©trí§Âzm§�j—æ׶5_$¨Ö­Ğ ±ZѲQ½zÀtª¶�š@Hʬ!ÌF@YŸÕ( RÈÈÕ)¿¤ R¢à å°– @%…¶eªjRˆ|Ô û‹>Ų¥sˆiŸ·õ`–ˆæ¬%¢Œƒµ@m•æŒIld(`Y¢�ÛÀÚ2Õç ÅA@J\ÛN Ğ”Ó 2P¥8§8 xµ…ê&¨€ T„ŒİÒ3 ( ÖA#W«�•°>�0k G.bÄ–@¾µZ&`ÒÔƒ �4a¦ƒ¦M�äl‹¦­sf:iÚ†dÚXÿN@Œ˜éªv4eMû£j:3@n­�&2LA·´˜¹Ë¤U Ke�é‚)’ $mãÒp éÈtĞt°0Qs“¹d@Ğ @w^i@++ jİe/4°B#€cx¡a8`…RM–ÖÁ8¥µéUd\¸ƒ²ÅC �Òr朮çÖ›«�ì<�z ³ó¬�G´Î¬–6À6üG0Lg ù ´¨ˆİÓg!^@=Ñ…ĞŠˆ>/Œ ê/I,¡íi¦»¦W Cç¦W Wj6/¸Nk~£Ÿ¦ˆLk3‹OŞCJQ*LwÕ:ŞJ¸¬KQÉ ;Õd�im•ß¤„Î�Ó¡›éÜ÷±�@' £_†Ïæ >êË×5zE:²l„êÁF¨?R×PA å @r@TV�,±i�èjp¦±²¦5Ú®KìÊRf«»N«º†fhÖÈéøºF:±R›Ï™št]vÏüĞ•Á„êm€uĞ„‘©ŞV° iøbèH5*ÙrÚnÓL-}”�¯@ßÓs%圪�¥ãoÄêˆ{b$ÓÚ)­j÷”Îåt˜nfG³�w Â–3K-šåÊ��f†A‹WóO–f˜feÉâ ÀŒîØ`eÑ´À,F£Y{ÓˆH 2�†,ŞY¶�LqÊ ëÓº #7ÿXH�Ş@€AÔ=h5� èÈâşBDk;ÍáHS–nJ År†*(–‹aÕ:§ğJ&`�œ*ìÁeW˜��l¨ĞÏ \áPÏÀÀ¸ì@>W;Üp·Á·7Î8ÍğkW[&0N­ÍÁ{,¨§ËÑû#H LpJMÇÅ€äYLELÀæ PM˜ÅdÌ$(g— ¯¥ªÀ4z­Èp—)Ì¡rN!Ú�®0ì“Íå^Z$0²ŸgQ ó:sıL´s‡Oš\ 3bè´ÚÌa@Ìb6�2†r¹ ²ù'Õ²Œí,Ë€NŠÏ7�¢(¤ ¬-bç=~.f ›b(y�w1å£ ˆÑ8M§�,ĞH+ �Mè*â ‘et •A/4i-È"(:�ŒÈH$`±×É‚¬á–ƒ@GüÅb8%y„ÆB�^ÉŠ È©Ä�H‘ò)*pAW€·@¡È¶,�2ö€m�æ_ÚGwdKñè›…‘‹Eğ’GŠ¨[Ú9Kó ÕꙂḔ+Å8ã‘h��­OÇ”g¦³¦§}çMÁØš*›dÉÓi„^�T²ÙÓ !HÌ¡�²§;ÒmëştämtähR,Ûø PÊ6ÂôMXÓ4;¥éQ¶Y•�ÆtŞ P DPp ğF^ÄÊ)Ç�~İÒaìU@ç(°)¥�©<¼Ä⚯ìÍÊ#UYbGjp€Âº^g2ñ‚Ë™ÔζtFº�4¹úX¥m‘ô*A«H«„i/¡¸°$Ok71UMØ<] Œ‰ÙÓI\óE�³‰¯Ë{ΟY#œ:a<İ0�3®…3SI:jp«%C�âZ,#à;Ó¶b�¼eÑp?ÃÛ9¹ª¤Ğj“ë9¢ë¹=‚빌H´½:S{¡yß³±Bûp�l|È.Cİ9•½(:{°?Óê€ŞoΑy³OÖ~e¶Ğô `Ac†¦İ‚I4Y[¶¸YâkѶèˆVš[,±¤±{”AÁz”›'cw„ö ãªöš(=@¢¾ŠÆ™iK§à¤ĞZ¢3fca�Tt "^:hE6 "óÂpß4û-±µcÅÛJU»`E³ L¼Ùqm8dyìq¦¢Jf‹ØZ˜gTø&9{ˆL‚²ùB!}š‹Š&�Âz.“H/€LŠŠ,•Ö¸•E:æN1¶Z0o~Íz¬ïµ1Œ�q2NWÕÚ"v)2ƶ¥½ù+‚TD¢“¥õØ YŸÊÒKÀÂÊV¨CŞcBèoÂÛ+K‚ğRDìD{åTZ…̯p€»PĞ‹Z@;—1hè'Š‘XÀ…"¸ºXÀ¹–ià÷MÊ@1$¨œÕZÛɪä#ƒb5ß|“¸€±;+*Gœ•¸ÔV[Ô‹*n­×Ã÷ÜBÛåcm™Œµâœšœ�(Úµó‘¼sgÈG îxUùÔ– X[¼ÄVTlŸ6n°ÖäN¤š=¶áPlËC®pU§ú|ÁÊ ÓU(6ÙÉ